Senin, 01 September 2008

Klasik Itu Indah

Mahalnya harga minyak dan langkanya eLPiJi (LPG) membuat masyarakat kecil dan menengah ketar-ketir dibuatnya. Bagaimana tidak, setelah pemerintah memutuskan mengkonversi minyak tanah ke LPG, kini persoalan datang lagi, yaitu semakin langkanya keberadaan LPG di beberapa kota di Indonesia, bahkan saking langkanya, harganya pun melonjak tajam.
Kini masyarakat dihadapkan pada persoalan menyambung hidup. Harga BBM yang semuanya menanjak dari minyak tanah sampai bensin dan solar, membuat hidup mereka semakin susah. Mahalnya harga BBM tersebut juga membuat kebutuhan pokok sebagian masyarakat menjadi meroket tajam. Ini artinya bahwa masyarakat menjadi susah dan bertambah menderita.
Kini beruntung bagi masyarakat pedesaan. Sejak dahulu smapai sekarang mereka masih setia menggunakan kayu sebagai alternatif bahan bakar untuk memasak. Dengan mmebuat dapur (tungku) yang terbuat dari batu dilapisi dengan tanah liat, membuat mereka nyaman dalam memasak. Ini ditunjukkan oleh seluruh masyarakat di Kecamatan Reban Kabupaten Batang, Jawa Tengah, mereka pada umumnya masih menggunakan tungku dari tanah dan berbahan bakar kayu untuk memasak sehari-hari.
Selain irit BBM, masakan juga akan terasa lebih harum dan sedap, karena tidak menggunakan gas ataupun minyak tanah, masaka pun cepat matang.

Klasik itu Indah

Meja dan Kursi Kuno yang Bernilai Mahal

Siapa sangka kalau benda-benda kuno sekarang banyak dicari oleh para kolektor benda-benda klasik. Tidak hanya bentuknya saja yang kuno, tetapi juga nilai sejarah serta keindahan seninya. Bisa dilihat, bahwa zaman sekarang orang-orang mulai terjerumus dengan yang namanya era moderniasi. Itu bisa diartikan mereka akan meninggalkan semua yang berbau jadul (jaman dulu) dan beralih pada semua yang modern, semisal benda-benda kebutuhan sehari-hari.
Dengan beralihnya masyarakat kepada hal yang bersifat modern, maka menghilanglah (langka) benda-benda yang dulu biasa digunakan, seperti meja, kursi, patung dan lain sebagainya.
Banyak orang yang hobi mengkoleksi benda-benda kuno, dan mereka inilah penyelamat keberadaan hasil seni budaya masyarakat, sampai-sampai karena hal itulah benda-benda kuno ini nilainya menjadi mahal dengan alasan nilai seni dan sejarahnya.
Inilah salah satu contoh peninggalan benda-benda masa kuno warisan nenek moyang sebuah keluarga yang masih digunakan karena nilai sejarah dan seninya. (Desa Sojomerto Kec. Reban Kab. Batang, Jawa Tengah)

Selasa, 26 Agustus 2008

AMUST"S GALERIES

PESTA KARNAVAL HUT RI KE-63 DI DESA SOJOMERTO










Padat tanggal 23 AGustus 2008 yang lalu Desa Sojomerto Kecamatan Reban Kabupaten Batang merayakan HUT Kemerdekaan RI ke-63 dengan menyelenggarakan Karnaval Tujuh Belasan dengan mengadakan arak-arakan sepanjang jalan dari mulai Dukuh Kumejing - Dukuh Bandung - Desa Sojomerto.
Acara ini dimeriahkan oleh para warga yang rela berkreasi mewakili setiap RT dari mulai menjadi penmbawa bendera merah putih, drum band, menjadi suku dayak, dan lains sebagainya. Selain arak-arakan juga ditampilkan kontes Panjat Pinang dan pertunjukan Singa Barong yang merupakan kesenian asli dari kabupaten Batang.
Acara akrnaval tersebut dimulai dari pukul 11.00 sampai menjelang maghrib. Kemudian pada malam harinya dipertunjukkan kesenian daerah Lengger, dan dilanjutkan dengan acara Panggung Gembira sampai malam.

Selasa, 12 Agustus 2008

Sekitar Batang

PERSIBAT MAJU TERUS....

Persibat adalah salah satu klub sepakbola di kabupaten Batang, Jawa Tengah yang berdiri tahun 1974. Tahun 2008 ini Persibat berhasil berlaga di Divisi Utama Liga Indonesia. Meskipun begitu ada kekhawatiran Persibat tidak bisa berlaga di Divisi Utama - mengundurkan diri - dikarenakan kurangnya dana. Alhasil dengan usaha yang keras, Persibat berhasil berlaga di Divisi Utama 2008. Laga perdana melawan Persokabo Bogor, walaupun kalah 0-2 tetapi berlaga di Divii Utama adalah kebanggaan tersendiri bagi warga Batang. Persibat bisa dijadikan untuk mengharumkan citra Kabupaten Batang di Tanah Air.
Semoga Persibat bisa lebih berprestasi di Liga Indonesia. Viva Persibat !

Jumat, 08 Agustus 2008

FILSAFAT

Kupu-Kupu


SEORANG anak sedang bermain dan menemukan kepompong kupu-kupu di sebuah dahan yang rendah. Diambilnya kepompong tersebut dan tampak ada lubang kecil di sana. Dia tertegun mengamati lubang kecil itu karena terlihat ada seekor kupu-kupu yang sedang berjuang untuk keluar membebaskan diri melalui lubang itu. Lalu, tampak kupu-kupu itu berhenti mencoba, dia kelihatan sudah berusaha semampunya dan tampaknya sia-sia untuk keluar melalui lubang kecil di ujung kepompongnya.

Melihat kejadian itu, si anak menjadi iba dan mengambil keputusan untuk membantu si kupu-kupu keluar dari kepompongnya. Dia pun mengambil gunting, lalu mulai membuka badan kepompong dengan guntingnya agar sang kupu-kupu bisa keluar dan terbang dengan leluasa.

Begitu kepompong terbuka, kupu-kupu pun keluar dengan mudahnya. Akan tetapi, ia masih memiliki tubuh gembung dan kecil, sayap-sayapnya tampak masih berkerut. Anak itu pun mulai mengamatinya lagi dengan seksama sambil berharap agar sayap kupu-kupu tersebut berkembang sehingga bisa membawa si kupu-kupu mungil itu terbang menuju bunga-bunga yang ada di taman.

Harapan tinggal harapan, apa yang ditunggu-tunggu si anak tidak kunjung tiba. Kupu-kupu itu tak juga terbang. Kupu-kupu tersebut terpaksa menghabiskan sisa hidupnya dengan merangkak di sekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap yang masih berkerut serta tidak terbentang dengan sempurna. Kupu-kupu itu, akhirnya tidak pernah mampu terbang.

Si anak yang membantu mengeluarkan kupu-kupu dari kepompongnya itu, rupanya tidak mengerti bahwa kupu-kupu perlu berjuang dengan daya usahanya sendiri untuk membebaskan diri dari kepompongnya. Lubang kecil yang perlu dilalui kupu-kupu tersebut akan memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu itu masuk ke dalam sayap-sayanya sehingga dia akan siap terbang dan memperoleh kebebasan.

Makna

Hidup adalah perjuangan. Hidup adalah kerja keras, bahkan untuk meraih keberhasilan diperlukan keringat dan air mata,” demikian Thomas Alva Edison si penemu lampu pijar pernah bertutur.

Tidak ada yang instant, semua melalui proses yang sudah ada dalam siklus kehidupan. Setiap tapak kehidupan yang telah dilalui akan memberikan makna yang luar bisaa bagi seseorang untuk memasuki tapak kehidupan berikutnya. Pengalaman-pengalaman suka dan duka dalam setiap sendi kehidupan akan memberikan warna tersendiri untuk menghiasi rentang kehidupan kita yang sebentar ini.

Itulah sebabnya terkadang jika sedang merenung, terbersit keinginan untuk bisa mengikuti setiap jengkal kehidupan dengan bijaksana dan serius. Namun, tatkala persaingan sudah semakin ketat, perenungan tinggal perenungan, yang penting bagaimana meraih keberhasilan dengan cara apa pun, walau terkadang sampai menghalalkan segala cara.

Seorang anak tanpa disadari terkadang menjadi korban ambisi orangtuanya. Misalnya, orangtua memaksa anak untuk belajar berhitung atau kursus komputer agar terlihat lebih dulu bisa berhitung atau menguasai komputer dibandingkan teman-temannya.

Fenomena lain terjadi di sebuah perusahaan, ketika “putra mahkota” (anak pemilik perusahaan) yang masih relatif muda sudah diberi tempat yang menyenangkan sebagai salah satu anggota direksi. Cerita sejenis juga terjadi di sebuah sanggar tari, seorang lulusan sekolah tari langsung diangkat menjadi manajer pementasan tari hanya karena dia adalah keponakan dari pemilik sanggar tari tersebut, padahal dia belum pernah mengenyam dunia tari yang sesungguhnya.

Beberapa kisah “pengarbitan” di atas tentu akan menuai permasalahan baru dalam implementasinya, karena individu-individu yang “dikarbitkan” tidak dibiarkan terlebih dahulu untuk matang dalam perjuangan hidup.

Jika kita kembali pada kisah si kupu-kupu, mungkin kita baru mengerti bahwa seekor kupu-kupu yang cantik ternyata baru bisa terbang dengan indahnya setelah melalui perjuangan yang cukup berat dalam proses metamorfosis yang luar biasa hebatnya. Jika seseorang ingin terbang dengan kompetensi yang memadai tentu harus melalui perjuangan yang berat. Kompetensi seseorang dinilai dari apa yang telah dilakukannya, bukan dari apa yang diucapkannya. Kompetensi seseorang diuji melalui pengalaman-pengalaman hidup yang dialaminya, bukan sekadar perencanaan yang tertulis di atas kertas.

Layaknya seekor kupu-kupu, hidup manusia pun tidak hanya sekadar tumbuh mengikuti siklus kehidupan yang sudah ada, namun harus berani mengambil titik balik untuk berubah ke arah yang lebih baik lagi. “Meta” dan “Morphe”, demikian asal kata Metamorfosis yang diambil dari bahasa Yunani untuk perubahan yang terjadi pada seekor kupu-kupu. Artinya, berubah ke bentuk yang lebih baik (dari ulat menjadi kepompong lalu kupu-kupu).

Perubahan pertama yang memungkinkan kita untuk terbang tinggi adalah perubahan paradigma (perubahan cara berpikir) dan cara pandang. Bagaimana cara kita memandang kehidupan ini, bagaimana cara kita memandang setiap permasalahan yang dihadapi, atau bagaimana cara kita memandang perusahaan kita saat ini, akan sangat menentukan bagaimana kita melalui hari-hari kita selanjutnya.

Jika selalu memandang negatif dan terus mengeluh tentu akan membuat sikap mental kita menjadi lebih buruk. Sebaliknya, jika disikapi dengan optimis dan penuh harapan, maka proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik. Perubahan pikiran ini selanjutnya akan diikuti dengan perubahan perasaan yang selanjutnya membuahkan perubahan tingkah laku.

Untuk menuju hidup yang lebih baik, maka diperlukan kerja keras bukan sekedar mengharap dan menunggu saja. Untuk bisa sukses dalam menempuh perjalanan hidup, maka kita harus berusaha sekuat tenaga dan berdo’a. Keduanya harus sama-sama dikerjakan, karena bila salah satunya saja yang dikerjakan, maka kita tidak akan pernah mencapai apa yang kita inginkan. Hakikatnya, berusaha tanpa boerdo’a adalah kesombongan dan kebohongan, sedangkan berdo’a tanpa berusaha adalah omong kosong belaka. Hidup itu yang mengatur Tuhan, maka kita harus melakukan apa yang bisa membuat Tuhan berkehendak sesuatu kepada kita sesuai dengan yang kita inginkan.

Seputar Batang

Mengembangkan Potensi Kebun Teh Pagilaran

Ketika berkunjung ke kebun teh Pagilaran, yang dapat kita lihat adalah karpet hijau yang terbentang dari barat hingga timur dan dari selatan hingga utara.

Kebun teh yang terletak di Desa Keteleng, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang ini, pertama kali dibuka di Kecamatan Blado, kemudian meluas sampai ke Reban dan Bawang dan luasnya 2.032,70 hektare.

Sampai saat ini tercatat kurang lebih 10.315.000 hektare kebun teh yang dikelola PT Pagilaran. Seluas 611 hektare lainnya, diusahakan melalui pola Perkebunan Inti Rakyat (PIR) antara PT Pagilaran dengan 1.176 petani teh di sekitar Pagilaran.

Pada awalnya kebun teh ini tidak sengaja dirancang sebagai tempat argowisata. Menurut sejarahnya, kebun ini didirikan tahun 1880 oleh maskapai Belanda. Pada 1922, perkebunan ini dibeli Pemerintah Inggris dan digabung dengan PT Pemanukan and Tjiasem Land's PT (P&T Lans's). Setelah Hak Guna Usaha P&T Land's habis pada 1964, kemudian diambil alih oleh pemerintah Indonesia.

Perkebunan teh ini terletak di ketinggian 1.000 – 1.500 meter di atas permukaan air laut. Sehingga kabut sering datang, menutup sinar matahari. Suhu rata-rata pada siang hari di kawasan ini 21-25 derajat Celsius, dan turun menjadi 15 – 18 derajat Celsius pada malam hari. Kondisi ini menjadikan hawanya sejuk dan segar saat berada disana. Selain itu, pemandangan alamnya pun tak kalah menarik.

Kini, saat agrowisata semakin menjadi wacana hangat di mancanegara, termasuk berbagai provinsi di Indonesia, PT Pagilaran pun tak mau ketinggalan untuk mengembangkannya, selain tetap mempertahankan produk utamanya sebagai pusat penghasil teh terbesar di Jawa Tengah.

Objek Pendukung

Selain wisata jalan-jalan di kebun teh, PT Pagilaran juga menyediakan berbagai paket wisata, misalnya wisata pendidikan, wisata ke pabrik melihat procesing tea, hiking, treking, dan lain sebagainnya. Pengelola juga menyediakan area wisata khusus berupa kunjungan ilmiah mengenai tanaman teh.

Selain itu ada beberapa objek wisata pendukung yang lain, seperti Curug Binorong dan Curug Kembar, pemandangan hamparan pohon cengkeh di sepanjang lereng pegunungan, objek peninggalan sejarah seperti rumah peninggalan Belanda, kopel, kereta gantung, dan bak air Sijegang.

Untuk sampai ke Pagilaran, banyak jalur yang bisa ditempuh. Bagi yang berada di Batang, dapat ditempuh dengan waktu sekitar 2 jam. Dari Semarang dan sekitarnya, dapat ditempuh melalui dua jalur, yaitu jalur alas Roban melalui Banyuputih – Limpung – Reban – Pagilaran dalam waktu sekitar 3 jam, dan melalui Sukorejo, Kendal, hanya memerlukan waktu sekitar 2,5 jam. Jika, berangkat dari Yogyakarta, bisa melewati Temanggung dengan waktu tempuh sekitar 3,5 jam.

Keunggulan

Kebun Teh Pagilaran mempunyai beberapa keunggulan. Pertama, pemandangan alam yang eksotik dengan hamparan kebun teh yang memesona di Pegunungan Dieng bagian utara. Kedua, pengunjung bisa melihat langsung proses pembuatan teh, mulai dari pemetikan, pengolahan sampai pengepakan di pabrik.

Ketiga, pengunjung dapat menikmati paket tea walk bersama keluarga atau teman-teman satu sekolah, sekaligus berolahraga santai sambil menghirup udara sejuk dan segar.

Keempat, terdapat beberapa objek wisata pendukung seperti Curug Binorong dan Curug Kembar, dengan pemandangan sekitar yang indah dan alami, dan hamparan kebun teh dan kebun cengkeh di sepanjang lereng pegunungan serta rumah peninggalan Belanda, kopel, kereta gantung, dan bak air Sijegang.

Dari berbagai potensi wisata yang ada, sayangnya sampai sekarang kebun teh Pagilaran kurang mendapat perhatian dari Pemkab Batang. Tidak ada program pengembangan pariwisata yang cerdas untuk mengembangkan dan mempromosikan Kebun Teh Pagilaran go national.

Saya mengajak kepada pihak-pihak yang bersangkutan, baik dari Pemkab Batang maupun masyarakat di sekitar agrowisata kebun teh Pagilaran untuk bersama-sama membangun, mengembangkan, menjaga dan mengambil langkah pasti untuk menjadikan pagilaran sebagai tempat agrowisata unggulan di Kabupaten Batang. Sehingga dapat mencitrakan daerah Kabupaten Batang ke pentas nasional.

Senin, 04 Agustus 2008

DPR Sarang Koruptor

Dalam beberapa minggu ini, kita diperlihatkan oleh berbagai media mengenai kasus suap dan korupsi yang melanda aparat di negeri ini. Dari mulai kasus BLBI, Pembebasan lahan hutan lindung sampai proyek-proyek lainnya. Dari satu tersangka, setelah diusut dan diusut lagi, ternyata melibatkan orang-orang yang mengaku bahwa dirinya adalah wakil rakyat, yaitu anggota DPR RI.

Sejatinya anggota DPR RI adalah mewakili aspirasi rakyat, bukannya menghancurkan rakyat, menipu rakyat, menjerat uang rakyat. Apapun namanya, yang namanya korupsi dan suap adalah perilaku yang sangat keji. Menggelapkan ataupun menerima uang suap berarti telah menipu rakyat, membunuh rakyat secara perlahan-lahan. Dengan janji-janji manisnya ketika mencalonkan diri sebagai wakil rakyat, mereka bukan hanya mengingkari tetapi juga menyisihkan kepentingan rakyat.

Dari kasus BLBI (Badan Likuidasi Bank Indonesia), setelah tertangkapnya wanita tukang suap, Artalyta Suryani, berikut terungkap juga beberapa oknum jaksa yang menjadi pengikutnya, yaitu jaksa Urip. Beberapa waktu berikutnya juga terungkap para oknum-oknum yang ikut berskandal menerima jatah uang tersebut, yaitu 52 anggota Komisi IX DPR RI periode 1994-2004!

Ternyata jaman sekarang mencari pekerjaan yang layak dan menjanjikan tak harus menjadi pengusaha ataupun eksekutif. Menjadi konglomerat yang berpenghasilan tinggi setiap bulan, bisa terlaksana dengan menjadi anggota DPR. Tak salah jika banyak orang yang berani dan berantusias untuk mencalonkan diri menjadi wakil rakyat. Mereka tak takut mengeluarkan dana yang sangat banyak, dari ratusan juta bahkan sampai milyaran pun tak mengapa, asalkan bisa menjadi anggota DPR.

Sebenarnya gaji anggota DPR setiap bulannya tak seberapa dibandingkan menjadi pengusaha, (kira-kira 5 juta – 8 juta). Tetapi yang menggiurkan adalah gaji jika ada sidang ataupun ketika ada pembuatan Undang-Undang, uang pun bisa gelontoran diterima. Tetapi yang paling ditunggu-tunggu adalah pembagian uang oleh orang paling berdosa, seperti Artalyta Suryani, kaki tangan Syamsul Nur Salim (tersangka utama (dewa) kasus BLBI).

Dengan menerima uang ratusan juta rupiah per kepala, bisa menghidupi anggota keluarga sampai beberapa tahun tanpa pekerjaan sampingan lainnya.

Tampaknya semua anggota DPR per komisi sudah sepakat untuk menerima suap, itu terbukti dari banyaknya anggota DPR yang terjangkit kasus serupa.

Banyak juga anggota DPR dari fraksi yang berideolodi Islam yang terjangkit suap, misalnya Al Amin Nur Nasution (PPP) dan Yusuf Emir Faishal (PKB) serta yang belum terungkap lainnya. Sangat mengherankan sekali, anggota partai yang berasaskan nilai-nilai Islam, bisa juga menerima suap. Pengetahuan agama dan akhlak tidak mampu menguatkan mereka dari gelontoran kertas hijau yang sangat menggiurkan. Tugas mereka sebagai wakil rakyat bahkan tidak ada, mereka sangat tidak memihak rakyat kecil, mereka hanya memikirkan perut mereka sendiri.

Uang bermilyar-milyar telah berputar-putar di DPR RI, terjadi transaksi berapa besarnya uang yang diberikan untuk sebuah keputusan dan untuk menutup-nutupi kesalahan besar segelintir penjahat. Ironis memang, dasar negara Pancasila dan ajaran agama tak mampu menyelinap di hati para pembajak uang rakyat tersebut. Walaupun tidak semua anggota DPR terjangkit kasus suap dan korupsi, tetapi dengan beberapa wakil rakyat yang terlibat tetap saja kepercayaan rakyat pada mereka perlahan-lahan tidak ada.

Dari beberapa kasus korupsi yang telah melanda negeri ini, bukan tidak mungkin itu terjadi sampai pada pemerintahan terkecil seperti Kelurahan ataupun tingkat RT. Budaya suap menyuap dan korupsi tertanam dengan erat di hati para wakil rakyat. Sarang-sarang korupsi dan persuapan di negeri ini adalah tempatnya para wakil rakyat. Kalu sudah begini, rakyat mau percaya kepada siapa? Mereka yang dipilih oleh rakyat ternyata malah mencekik rakyat sendiri, membunuh perlahan-lahan tanpa ampun. Tapi siapa yang mampu mencegah godaan yang menggiurkan dari yang namanya uang?

Pemilu yang akan dilaksanakan tahun 2009 ini juga tak luput dari penilaian negatif masyarakat. Masyarakat yang merasa telah ditipu oleh wakil-wakil mereka, merasa tak perlu lagi memilih. GOLPUT mungkin satu-satunya jalan. Mungkin ini adalah jalan-satu-satunya, para wakil rakyat tidak ada yang bisa dipercaya.

Pemilu 2004 juga tidak menghasilkan perkembangan negeri ini, malah membuat negeri ini semakin hancur perlahan-lahan. Masyarakat berpikiran pemilu 2009 akan semakin menambah kehancuran negeri ini. Banyak partai yang ingin menjadi peserta, banyak diantara dari partai peserta adalah baru. Partai-partai tersebut entah untuk kepentingan rakyat atau kepentingan pribadi. Pengusaha-pengusaha seakan-akan begitu mudah mendirikan sebuah partai, tentunya dengan uang yang banyak.

Kebobrokan birokrasi negeri ini salah satunya berasal dari mereka yang duduk di birokrasi. Tak ada tanggung jawab membangun negeri ini, yang ada hanyalah tanggung jawab terhadap perut mereka. Yang penting enak, orang lain tidak dihiraukan.

Semoga ada beberapa manusia yang berhati mulia dan berjiwa Islam yang dapat membangu negeri ini ke arah yang lebih baik. Wallahu a’lam bish-showab.

(Tulisan ini bukanlah memprovokasi, tapi merupakan jeritan hati rakyat kecil yang tertindas oleh wakil-wakil rakyat mereka)

Seputar Sepakbola Indonesia

LIGA PENUH KERUSUHAN

Belum genap sebulan Liga Super Indonesia (ISL) bergulir, sudah banyak keributan-keributan yang terjadi, dari keributan antar pemain, suporter sampai keributan soal perizinan untuk mengadakan pertandingan. Pada awal liga pembuka, terjadi keributan antar pemain ketika laga antara Sriwijaya FC melawan Persipura Jayapura dan pertandingan Pelita Jaya melawan Persiba Balikpapan.

Keributan supporter sepertinya sudah menjadi bumbu terpenting bagi Liga Indonesia, komitmen tidak bakal adanya kerusuhan ternyata hanya sebatas omongan belaka. Ketika Persib dikalahkan Persija 2-3, pertandingan terhenti sementara karena ulah suporter Persib, Bobotoh. Liga terbaru sepak bola Indonesia bukannya dihiasi dengan fairplay dan permainan yang menarik, tetapi tontonan khas klasik, yaitu keributan suporter. Suporter yang tidak puas atas kekalahan tim mereka, melampiaskan kemarahannya dengan membuat kributan di luar stadion.

Belum lama ini, laga antara Persija melawan Persita terpaksa tidak dilakukan karena belum adanya izin dari Polda Metro Jaya soal keamanan yang mnenyangkut suporter kedua tim. Sampai laga akan dilakukan, izin tersebut belum terealisasikan. Kontan saja, hal itu membuat para suporter Jak Mania mengamuk dan memprotes. Liga yang diharapkan menjadii salah satu liga terbaik di kawasan Asia ternyata sulit sekali terlaksana. Ketidak profesionalan sebuah klub menjadikan ISL masih tetap seperti Liga yang dulu.

Syarat yang diajukan BLI terhadap peserta liga super ternyata bisa juga ditawar. Banyak klub yang tidak mempunyai fasilitas yang disyaratkan, seperti stadion dan keuangan. Banyak dari klub-klub yang harus mengungsi ke stadion lain yang lebih layak di luar kota, seperti PSMS Medan yang harus memainkan laga kandangnya di GUBK Jakarta, Pelita Jaya, persita dan persitara yang menyingkir ke Stadion Jalak Harupat Bandung. Dari segi keuangan banyak klub yang tidak siap, mereka sulit sekali mendapatkan dana sari sponsor setelah klub-klub ISL dilarang mendapatkan dana APBD. Banyak klub yang akan berhenti di tengah jalan karena kesulitan keuangan tersebut, diantaranya adalah Persita, PSMS dan Persitara.

Berbagai permasalahan tersebut harus dievaluasi oleh BLI untuk menyelenggarakan ISL selanjutnya, jangan sampai ada klub anggota ISL yang berhenti di tengah jalan. Ini akan merusak citra sepakbola Indonesia dan akan menghambat pertandingan-pertandingan yang telah terjadwal.

Tapi apapun permasalahnnya harus ditangani dengan kepala dingin, dan dicari jalan terbaiknya. Semoga ISL menjadi liga yang baik baik di Asia Tenggara maupun Asia. Bravo PSSI!

Seputar Batang

Mengelola Pariwisata dengan Baik

Pariwisata saat ini dijadikan sebuah komoditi unggulan oleh sebuah daerah untuk diperkenalkan ke seluruh negara. Pariwisata juga dijadikan ikon. Kabupaten Batang mempunyai banyak tempat pariwisata yang terdapat di beberapa kecamatan. Akan tetapi selama ini kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Pemerintah dirasakan kurang mengembangkan potensi kepariwisataan yang ada menjadi sebuah objek yang menarik minat banyak wisatawan, baik itu domestik maupun luar negeri.

Seperti kita ketahui Kabupaten Batang mempunyai letak yang sangat strategis baik dari sisi perekonomian mupun pariwisata, yaitu letaknya di sepanjang jalur pantai utara (Pantura) Pulau Jawa. Sehingga menjadi akses lalu lintas dari arah Jawa Barat maupun Jawa Timur. Hal ini sangat menguntungkan, dengan adanya pengelolaan tempat pariwisata yang profresional dan optimal, diharapkan orang-orang yang melewati jalur pantai utara kabupaten Batang ini singgah untuk menikmati keindahan alamnya.

Selain menguntungkan pemerintah daerah kabupaten Batang, pengembangan pariwisata ini juga dapat menambah penghasilan masyarakat di sekitar tempat pariwisata itu sendiri. Dengan datangnya para wisatawan, mereka mendapatkan untung dari penjualan makanan, minuman, souvenir dan lainnya.

Selain tempat yang memang sudah menjadi objek wisata, terdapat juga tempat yang sangat strategis untuk dijadikan lahan pariwisata kuliner, yaitu Alas Roban (Hutan Jati Roban) yang terdapat di sepanjang jalur lalu lintas di kabupaten Batang. Sebagai contohnya adalah di desa Kalimanggis, kecamatan Subah, beberapa warga sudah memanfaatkan hutan jati di pinggir jalan dengan mendirikan warung-warung peristirahatan bagi para pengendara. Warung-warung tersebut menyediakan kuliner spesial, yaitu es degan (kelapa muda). Dikatakan spesial karena es degan tersebut menjadi terasa nikmat karena disantap saat lelah dan haus serta sejuknya alam hutan jati.

Saat ini usaha warung es degan tersebut sudah banyak ditiru oleh warga di tempat lain yang dilalui jalur Pantura yang terdapat pohon-pohon jati, semisal di kecamatan Gringsing dan Tulis. Usaha ini juga diharapkan dapat mengurangi angka pengangguran di kabupaten Batang.

Pengembangan potensi kepariwisataan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga memerlukan peran serta masyarakat. Masyarakat harus mendukung segala upaya pemerintah dalam mengembangkan kepariwisataan ini. Diharapkan dalam beberapa tahun yang akan datang, pariwisata sudah bisa go national bahkan bisa go international.

Jumat, 01 Agustus 2008

Hiruk Pikuk Magniseven

Sebenarnya nggak penting banget kalo kita ngomongin soal Magniseven. Grup band terkenal, bukan. Nama genk keren, bukan. Juga bukan organisasi pemuda terkenal. Lalu kenapa kita mesti ngomongin si Magniseven ini?

Eits….jangan liat apa dan siapa magniseven itu dunk. Liat prinsip dan keteguhan hati para punggawanya. Menurut sejarahnya sih, Magniseven itu ya perkumpulan persaudaraan tujuh remaja yang sampai sekarang masih terawat dengan ba

ik, bahkan sempat mau bikin album lho…. Ngaco deh…lo. Kenapa Magniseven sangat hebat di kalangan VITAMNIN DJ? Ya itu karena ketujuh sahabat itu bisa mempererat tali persahabatan mereka sejak SMP, SMA, sampai sekarang. Kalau sudah dihitung-hitung sih….kayaknya dah sampe 10 tahun deh. Nggak percaya……?

Sebenarnya perkumpulan ini bermula dari ketujuh anak tersebut karena telah saling mengenal sejak duduk di bangku SMP, tepatnya di SMP N 1 Limpung. Terbentuknya sih kira-kira sekitar bulan Nopember 1998 (berarti 10 tahun yang lalu ya?), tepatnya waktu mereka masih duduk di kelas 1 SMA (SMAN 1 Subah dunk…pastinya). Bermula dari sering pulang sekolah bareng, ngobrol bareng dan lain sebagainya bareng terus, sehingga tertanam di hati mereka sebuah persahabatan yang kekal dan abadi (weleh-weleh…kayak film kung fu aja nih).

Ini nih ketujuh punggawa Magniseven sejak dulu sampe sekarang :

Yang pertama, @mexs. Doi tinggal di Tersono. Dengan body yang agak ndut, pasti orang-orang mengira kalau doi doyan makan. Salah…,ternyata dia nggak terlalu doyan makan…maksudnya nggak doyan makan sepiring, tapi dua sampe tiga piring sekali makan. Dalam perkumpulan itu dia adalah kakak pertama (kayak di film-film pendekar aja sih…?), ya itu karena dia lahirnya pertama alias paling tua diantara ketujuh orang hebat ini. Menurut sumber yang dapat dipercaya, setelah 7 tahun lalu meluluskan diri dari SMAN 1 Subah, dia mengadu nasib di Jakarta (Ibu kota Indonesia tercinta). Datang ke ibu kota memang sudah wajib deh kayaknya buat doi….buat @mexs, sukses selalu ye?

Kedua, @zhoe. Lho kok? Pasti heran kan kenapa kok nama inisialnya @zhoe. Penasaran….? Nama itu diambil dari zaman dulu waktu masih SMP. Waktu itu di sekitar alun-alun Limpung ada orang yang kerjaannya tukang ngambilin sampah, namanya Pizu. Menurut temen-temen yang sering ngejek, @zhoe tu mirip Pizu, sehingga mereka memanggilnya Pizhoe. Gitu deh ceritanya. Dia ini kakak kedua loh. Doi sekarang ngajar di sebuah SMK di Semarang, setelah menamatkan pendidikannya di Fakultas Tehnik UNNES Semarang. Menurut berita yang actual dan kontroversial, nggak lama lagi si doi bakal melamar kekasihnya yang telah dipacarinya dulu waktu SMA (namanya Desi kan….?). Wah…awet banget ya? Ya…buat @zhoe, selamat deh, kita do’ain kamu kok.

Ketiga, @dens. Siapa lagi sih? Ya perlu diperkenalkan, doi ini jagonya ngocak, bercanda paling yahud se-kebun binatang. Kesehariannya beliau sih emang selalu dihiasi dengan canda tawa…bahkan sindir-sindiran. @dens tu orangnya aneh, ya aneh segala-galanya dunk. Dia anak pemilik bakul kaca film di Sojomerto City, he… Setelah lulus SMA dia nglanjutin di Sanata Dharma di Fakultas Ilmu Komputer jurusan nggaweni komputer (bener ra ki….?). Menurut sumber yang paten, doi bentar lagi mau tunangan, mungkin juga menikah, bulan Agustus ini choy…! Dens…jangan lupa undangannya ya?

Keempat, @penk. Doi adalah anggota perkumpulan Magniseven yang paling dermawan, alias suka menghibahkan dana-dana demi majunya Magniseven. Kalau bisa dibilang, doi ini yang paling pantes disebut sebagai motor penggerak Magniseven. Semua kegiatan, dari tidur, bakar ayam, rokok’an, pokeran, buat kaos tim, buat kelander, buat stiker, bahkan buat undangan pernikahan, ya…doi ini orangnya yang pertama nunjuk jari! Ya walaupun nggak sampe meluluskan diri dari ASDI (Akademi Seni dan Desain Indonesia), tapi doi sudah mampu kok berkarya layaknya orang yang sudah lulus beneran. Ngga percaya…? Coba aja kunjungi kantornya di Surakarta (Solo) sana. Sampe sekarang dia mendirikan usaha percetakan plus video shooting loh, bahkan sampe bikin film segala (walaupun film dokumenter, tapi kan sudah joss tuh). Yah semoga aja @penk bisa lebih maju usahanya….Amiin.

Kelima, @rock. In nih…weight smoker. Kenpa bisa begitu? Ya…itu karena dalam setiap nafas di hidupnya terkandung nicotine alias zat rokok. Doi ini sudah merokok sejak SMA dulu, sampe sekarang jadi ketagihan deh. Doi termasuk salah satu anak yang kereaktif loh…karya-karyanya banyak yang nggak dimuat tuh…cukup dilihat sendiri aja katanya. Dia juga sering dipanggil Topan juga loh. Lulus dari SMAN 1 Subah (Estelas), dia nglanjutin pendidikannya ke Pesantren, tepatnya di Pondok Pesantren Tremas, Pacitan, Jawa Tmur (jauh amat sih…?). Doi pernah bilang kalau doi tuh sudah bosen megang bolpen sama buku terus…hampir 12 tahun hidupnya hanya memegang kedua benda tersebut. Oleh sebab itu, maka doi meniatkan dirinya untuk nyantri di Tremas. Alhasil setelah 6 tahun menimba ilmu agama dan dunia, luluslah dengan indah. Sekarang kita dapat menemukannya di Toko Onderdil Kendaraan deket alun-alun Limpung. Ya…Tuhan punya rencana yang lebih baik, Pan.

Keenam, @must. Baca namanya aja sudah pasti kesengsem deh…. Apalagi liat orangnya…pasti kesasar deh lu… Ya…doi termasuk juga ke dalam jajaran motor penggerak roda kegiatan Magniseven. Otak dan pikiran Magniseven ada pada diri cowok cool ini. Dengan modal tampang oke dan otak yang brilian, mampu membawa Magniseven ke dalam dunia maya yang penuh persaingan seperti sekarang ini. Doi sekarang ngajar di sebuah lembaga kursus bahasa Inggris di Semarang. Menurut sumber rahasia, doi tu juga mau nikah loh…(semua orang juga kelak mau nikah choy…semua). Ya sukses selalu buat @must…eemmmuuaahhh...!!!

Ketujuh, @wied. @wied…? Kayak nama roti aja sih…? Jangan salah…doi ini termasuk anggota paling misterius, bahkan saking misteriusnya, nomor handphone-nya aja ngga ada yang tau (mungkin dia ngga punya handphone kaleee…). Semua orang pasti dibuat penasaran dengan lajang satu ini…bahkan teman-temannya di Magniseven nggak tahu dia sekarang dimana, lagi ngapain dan mau apa. Yah…namanya juga cuit…sekali cuit ya tetep cuit…tetep misterius! Setelah menamatkan kuliahnya di AKPRIND (Akademi Prindang-Prinding) eh…maksudnya Akademi Perindustrian, doi kerja di daerah Purwakarta sana. Katanya si jadi tukang cat…tapi nggak tahulah…namanya juga cowok misterius.

Sekilas Negri

Penyunatan BLT

Ternyata, setelah diusut dan ditelaah, BLT memunculkan model premanisme berbaju pejabat. Lihat saja pengakuan beberapa masyarakat yang telah menerima dana BLT. Banyak dari mereka yang didatangi oleh pejabat kelurahan bahkan oleh Ketua RT. Kedatangan preman berbaju pejabat itu bukanlah untuk mengucapkan selamat atas BLT yang diterima, ataupun untuk memberikan bantuan lainnya, tetapi untuk meminta jatah BLT. Kenapa bisa disebut jatah? Itu dikarenakan dana BLT dilarang dipotong oleh siapapun, bahkan Presiden RI pun tidak berhak memotong, apalagi pejabat semacam Kepala Desa atau Ketua RT.

Berkedok untuk kepentingan desa dan administrasi penerimaan BLT terhadap kelurahan, mereka dengan tega dan hati licik menyunat (memotong) dana BLT yang telah diterima oleh masyarakat sebesar yang mereka mau. Ada yang mengaku diminta Rp. 25 ribu, bahkan ada yang sampai jahat meminta Rp. 100 ribu!

Memang tidak semua daerah terdapat setan gundul alias tuyul alias tukang ngibul berwujud manusia yang berbaju aparat desa atau pemerintah. Tetapi tetap saja, dua atau tiga kejadian sudah membuktikan bahwa ternyata orang yang mampu seperti mereka masih ngiri dengan masyarakat yang susah (miskin). Entah uang potongan itu sebenarnya untuk apa, kesejahteraan segelintir tikus atau memang benar-benar untuk kepentingan desa.

Kontan saja, banyak pihak yang menyalahkan kejadian tersebut, bahkan dibuat heran. Padahal BLT sejatinya adalah untuk membantu masyarakat yang miskin, yaitu untuk kesejahteraannya.

Perilaku dzolim tikus-tikus berkedok ini bukanlah dilakukan secara sembunyi-sembunyi, tetapi mereka beraksi secara terang-terangan. Bahkan banyak dari mereka yang sengaja menunggu pembagian BLT di kantor pos untuk langsung menyunat BLT yang telah diterima. Sungguh ironis sekali, budaya sunat dan kosupsi di bumi Indonesia ini semakin meluas. Apapun proyeknya, pasti banyak tikus-tikus mengendus siap untuk menjerat uang-uang rakyat.

Inikah tikus keluaran baru produk Indonesia? Setelah kasus korupsi terbaru menimpa DPR, sekarang kroco-kroco di pemerintahan terkecil seperti RT dan Kelurahan pun ikut terkena sindrom tersebut.

Berbagai ajaran agama, baik bersumber dari Al-Qur’an maupun Al-Hadits tak mampu melunakkan hati mereka, tak mampu membuka hati kotor mereka. Mungkin adzab dunia dari Allah SWT yang dapat menyadarkan mereka. Atau memusnahkan mereka agar budaya tersebut tidak lagi ada di muka bumi ini.

Rabu, 30 Juli 2008

Uneg-Uneg

Ruang Baca di Seluruh Kecamatan

Membaca adalah kegiatan untuk mengerti isi dunia. Dengan membaca, orang akan tahu berita-berita dunia dan ilmu pengetahuan. Orang butuh membaca untuk dirinya dan juga bagi orang lain. Tapi bagaimana kalau keinginan membaca tidak disertai dengan fasilitas ruang baca dan bahan bacaannya?

Kurangnya perpustakaan daerah di Kabupaten Batang, membuat pembaca-pembaca sulit untuk menyalurkan hobi membacanya. Paling yang bisa dibaca hanyalah surat kabar (koran), dan itu harus dibeli dengan kocek sendiri. Sebenarnya di setiap kelurahan sudah ada ruang baca dan buku-buku bacaan, tetapi sosialisasi aparat kepada masyarakat sangat kurang. Kalau dilihat, ruang bacan selalu sepi dari pembaca.

Hal itu banyak sekali penyebabnya, salah satu yang saya lihat adalah bahan bacaan (buku) yang tidak sesuai dengan jaman. Dari dahulu sampai sekarang buku-buku yang disediakan adalah buku tentang pertanian, perkebunan dan peternakan. Seiring dengan majunya jaman ini, seharusnya pemerintah memberikan bacaan yang ringan dan bermutu. Buku-buku sosial budaya juga perlu disediakan untuk menambah wawasan masyarakat.

Ruang baca di setiap kecamatan adalah solusinya. Dengan menyediakan buku-buku yang berkualitas dan banyak dalam segi jumlah, serta sosialisasi kepada masyarakat, tentunya akan membuka minat masyarakat untuk datang ke ruang baca menyalurkan hobi membacanya.

Saya berharap pemerintah Kabupaten Batang, menyediakan ruang baca (perpustakaan) minimal di setiap kecamatan dengan jumlah buku yang banyak dan juga bervariasi yang menyangkut ilmu pengtehuan dan lain sebagainya.



Cerita Bersambung

Hujan Turun di Pagi Hari

Oleh : Ahmad Mustain Billah


Malam itu Tugul sedang sibuk mencorat-coret bukunya yang bersampul lusuh, sedikit sobek dan gambarnya sudah tak jelas lagi. Diperhatikannya beberapa kali soal-soal dalam buku paketnya. Tampaknya otaknya sudah buntu untuk mengerjakannya.

"Uh…ini soal kok nggak ada jawabannya sih?", gerutunya.

Memang, Tugul adalah salah seorang anak yang kepandaiannya di bawah rata-rata, sifat malas dan tak mau tahu, membuatnya kerap kali tidak bisa mengerjakan PR-PR yang diberikan oleh gurunya. Setiap kali ada PR, dia tidak pernah berhasil mengerjakannya sendiri. Copy paste. Itulah sebutan yang sesuai dengan kelakuan Tugul ketika menjiplak jawaban temannya. Tidak hanya di dunia komputer, dunia PR juga mengenal istilah ini.

Setiap kali ada PR Tugul selalu berangkat sekolah pagi-pagi sekali. Itu dikarenakan ia mau men-copy paste jawaban temannya, terutama Saiman. Saiman adalah salah satu bintang kelas yang jago matematika, IPA dan Kesenian. Otomatis Tugul menganggapnya sebagai dewa keselamatan bagi dirinya. Bisa dipastikan, semua ilmu Saiman diserap habis oleh Tugul, tapi Tugul sendiri tidak bertambah pintar, malah keblinger alias tambah malas. Ilmu yang diserap bukannya ilmu pengetahuan tentang pelajaran yang seharusnya diserap oleh otaknya, tetapi cuma diserap oleh mata Tugul saja, terus dilanjutkan oleh keahlian tangannya dengan menulis.

Tugul sendiri termasuk orang yang berada di kampungnya, tak salah jika ia sangat berpengaruh di tengah teman-temannya. Banyak teman-temannya yang suka dengannya, karena ia termasuk anak yang dermawan, suka membelikan jajanan, meminjamkan mainan dan masih banyak lagi kisah kedermawanannya yang lain. Tapi tetap saja, semua itu tidak diimbangi dengan kemampuan belajarnya. Semuanya dianggap tidak begitu penting. Tidak masalah dia tidak pandai, toh masih ada teman-temannya yang pandai. Jadi setiap ia kewalahan mengerjakan tugas, ia langsung mem-back up jawaban teman-temannya.

Ayah ibunya tahu hal itu, tetapi Tugul adalah anak kesayangan mereka. Jadi pantas jika orang tuanya hanya diam tak mempersoalkan kelakuan anakn mereka. Yang penting Tugul bisa sekolah dan selalu naik kelas. Tugul, walaupun berada dan semua punya, tetapi dia tidak mempunyai paras yang rupawan seperti orang berada lainnya. Parasnya tidak eksentrik, bahkan terlihat kuno. Hidungnya yang pesek ndlesep ke dalam, mulutnya yang sedikit maju dengan tatanan gigi yang ikut maju, rambut keriting dengan kombinasi warna merah seperti tersengat matahari dan badan yang ceking kerontang. Pertama orang melihatnya saja sudah pasti berpikiran kalau Tugul itu anak orang tidak punya, hidup di pinggir kali, makan sekali sehari dengan nasi tiwul tanpa lauk. Tapi yang pasti pikiran orang-orang itu salah, Tugul hidup dalam kemewahan. Lauknya tiap hari saja mungkin hanya bisa dikonsumsi oleh warga-warga di kampungnya dua minggu sekali.

Tapi dengan keluarga yang berada tapi tampang tak berada, dia memiliki kharisma dalam pergaulannya. Tak heran jika banyak teman-temannya rela memberikan dengan sukarela jawaban PR mereka kepada Tugul. Mereka tak segan-segan memberikannya, bahkan ada juga yang hati lapang menjelaskan cara menjawabnya walaupun Tugul tidak pernah mudeng, hanya berlalu masuk dari telinga kiri, keluar telinga kanannya. Tapi tampang Tugul sepertinya menimati berbagai ocehan temannya yang dengan semangat 45 menerangkan jalan menjawab soal-soal itu.

Entah mengapa Tugul merasa bahwa teman-temannya itu sebagai makhluk yang sangat baik dan sangat perhatian dengannya. Setiap ia dalam kesulitan, mereka selalu siap ada untuk membantu memecahkan permasalahan Tugul. Terutama Saiman tentunya. Tak pelak lagi, hal ini membuat Tugul semakin malas dan bertambah malas untuk belajar sendiri. Waktu luangnya hanya diisi untuk bermain dan bermain, padahal saat ini ia sudah menginjak kelas enam. Itu berarti usianya di SD hanya tinggal setahun lagi. Untuk menghentikan usianya itu ia harus bisa mengerjakan soal-soal ujian akhir. Tapi apa ia sadar?

bersambung….

Pendidikan Kita

Guru “Nyambi” Dagang

Mungkin judul di atas bisa dimaklumi jika seorang guru “nyambi” alias mempunyai sampingan berdagang. Itu menjadi maklum jika guru itu berdagang di luar kegiatannya sebagai seorang guru di sekolah, tidak di lingkungan sekolah atau pada waktu mengajar. Tapi bagaimana jika seorang guru berdagang di sekolah, tepatnya berjualan dengan target utamanya adalah anak didiknya (siswa) sendiri?

Banyak guru yang mencari sampingan sebagai pedagang di sekolah. Barang dagangan yang dimaksud adalah buku, seperti buku penunjang, LKS (Lembar Kerja Sswa), dan lain sebagainya. Guru yang peran utamanya adalah sebagai pendidik dan pengajar, yaitu men-transfer ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya, malah nyambi berdagang.

Banyaknya guru yang berjualan buku dikarenakan godaan dari pedagang buku yang mengiming-imingi keuntungan yang lumayan besar. Para penjual buku biasanya menawarkan pada guru mata pelajaran tertentu untuk menjualkan dagangannya yang berupa buku kepada jurid-muridnya.

Jelaslah bahwa peran guru bukan sekedar mendidik dan mengajar, tetapi ada sampingannya yang menguntungkan, apalagi kalu bukan ikut berdagang.

Ada Paksaan

Guru-guru tersebut bukan hanya sekedar menjual saja, tetapi dia bisa membuat para muridnya untuk membeli buku tersebut. Dengan dalih untuk kelancaran proses belajar mengajar dan meningkatkan pemahaman siswa, guru biasa dengan seenaknya memberikan peraturan kepada para muridnya dengan wajib membeli.

Guru “penjual” seakan memaksa para murid untuk membelinya, padahal pemerintah sudah memberikan pada siswa buku wajib dengan gratis. Klaim “wajib” yang dikeluarkan guru “penjual” membuat para murid tidak bias berbuat apa-apa, mereka hanya bias mematuhi apa yang menjadi peraturan gurunya.

Seharusnya buku-buku penunjang semacam LKS bersifat sunnah (sukarela) bagi yang mau membeli, bukan diwajibkan. Karena pemerintah sudah menyediakan buku-buku mata pelajaran yang diberikan gratis kepada siswa, meskipun hanya sebatas pinjaman.

Tugas Guru

Hal ini sangatlah bertentangan dengan tugas guru yang sebenarnya dan yang seharusnya. Guru adalah pendidik dan memberikan contoh yang baik. Dengan contoh di atas, guru tidak lagi menjadi pendidik yang bisa dijadikan contoh. Apa sebutan untuk seorang guru yang “nyambi” berdagang (berjualan) pada muridnya sendiri? Mungkin sebutan “Guru Penjual Buku” lebih pantas.

Padahal pemerintah dengan tegas seorang guru memperjualbelikan buku-buku selain buku wajib dari pemerintah dengan pemaksaan (mewajibkan) kepada para siswa. Seorang guru harusnya bisa profesional, mendidik dan mengajar para siswanya. Jadi kalau mau jadi pedagang ya jadilah pedagang. Jangan jadi guru pedagang, apalagi di sekolah sendiri dan sasarannya adalah muridnya sendiri. Jadi pilihlah, kalau mau jadi guru janganlah berdagang, dan kalau mau menjadi pedagang, jangan menjadi guru.


*) Tulisan ini dipersembahkan untuk ke-profesionalan seorang guru

O P I N I

Cantik Bukan Segalanya


Seorang pria memilih seorang wanita yang dilihat adalah cantiknya (fisik). Tapi apakah dia sadar, ternyata cantiknya seorang wanita bisa lebih buruk di dalam sifatnya. Tapi ada juga sih, wanita yang cantik fisiknya juga cantik pribadinya. Tapi itu jarang sekali ditmukan di muka bumi ini.

Dengan berkembangnya jaman serta apa yang ada di dalamnya, seakan-akan semakin sulit saja menemukan wanita seperti itu. Bahkan, kalau diperbandingkan mungkin dari 1.000 wanita, hanya ditemukan 1 wanita saja!

Cantik, adalah ungkapkan ketakjuban seorang kepada orang yang dilihatnya. Secara otomatis mata adalah organ pertama yang menyimpulkan kata tersebut. Itu artinya kata tersebut diungkapkan hanya sebatas lewat pandangan saja. Jadi belum sampai menyentuh ke arah pribadi si “cantik” itu.


Makhluk Langka

Jadi untuk mengungkapkan wanita itu cantik, bukan sekedar dari wujud fisiknya saja. Kalau dihitung, banyak sekali wanita-wanita cantik di muka bumi ini. Bukan hanya seribu, tapi jutaan jumlahnya. Tapi apakah sisi-sisi yang lain dari si “cantik” itu juga cantik?

Ada yang mengatakan wanita cantik itu tidak cukup hanya cantik fisiknya saja, tetapi juga dilihat dari inner beauty. Inner beauty itu semacam ungkapan untuk menilai kecantikan seseorang dari dalam dirinya, tepatnya kecantikan jiwa. Wanita yang cantik, jika pribadi atau jiwanya buruk, pasti tidak lagi disebut cantik.

Seorang yang buruk rupanya, tetapi memiliki inner beauty yang tinggi, itu lebih baik daripada wanita cantik yang buruk pribadinya. Kalau bisa memilih, pasti akan menuju pada wanita yang cantik luar dalam, selain cantik fisiknya juga pribadinya. Tapi dimanakah menemukannya?

Seakan-akan sulit untuk menemukannya, lebih tepatnya dia adalah makhluk langka. Sulit mencari wanita yang cantik luar dan dalam. Jadi kita harus bisa memilih yang terbaik dari yang terburuk, atau memilih yang terbaik dari yang terbaik. Mana yang diutamakan? Mungkin wanita yang memiliki inner beauty-lah yang jadi jawabannya. Meskipun fisiknya tidak terlalu cantik, tetapi mempunyai kepribadian yang luar biasa, dengan iman yang kuat dan akhlak yang karimah, tentunya itu menjadi solusi bagi pria yang sedang mencari pasangan hidupnya.

Jumat, 18 Juli 2008

Daftar Kesenian Tradisional Kabupaten Batang


KESENIAN TRADISIONAL DI KABUPATEN BATANG

No

Jenis Kesenian

Terdapat di

Desa

Kecamatan

1

Rebana / Kasidah

1

Bismo

Blado

2

Kembang Langit

3

Selopajang Timur

4

Besani

5

Silurah

Wonotunggal

6

Siwatu

7

Wates

8

Boja

Tersono

9

Ngadirejo

Reban

10

Wonokerso

11

Menguneng

Warungasem

12

Sijono

13

Lebo

14

Banjiran

15

Gapuro

16

Sidayu

Bandar

17

Toso

18

Pucanggading

19

Wonokerto

20

Tambahrejo

21

Wonosegoro

22

Wonodadi

23

Bandar

24

Kemiri Barat

Subah

25

Kalimanggis

26

Gondang

27

Klidangwetan

Batang

28

Sambong

29

Sidomulyo

Limpung

30

Tragung

Tulis

31

Ketanggan

Gringsing

32

Lebo

33

Soka

Bawang

34

Jambangan

35

Bawang

36

Pranten

2

Lengger/ Kuda Lumping

1

Wonobodro

Blado

2

Sodong

Wonotunggal

3

Kranggan

Tersono

4

Sumurbanger

5

Mojotengah

Reban

6

Tembok

Limpung

7

Banyuputih

Banyuputih

8

Deles

Bawang

9

Surjo

3

Sintren

1

Sambong

Batang

4

Kuntulan

1

Kalipancur

Blado

5

Nyadran Nelayan

1

Klidang Lor

Batang

2

Kedawung

Limpung

3

Kedungsegog

Tulis

4

Sidorejo

Gringsing

6

Wayang Golek & Campursari

1

Sigayam

Wonotunggal

2

Kaliwareng

Warungasem

7

Karawitan

1

Harjowinangun Barat

Tersono

2

Sambong

Batang

3

Banyuputih

Banyuputih

8

Dengklung

1

Wonodadi

Bandar

9

Marching Pring

1

Kalisalak

Limpung