Rabu, 07 Mei 2008

Menikmati Sejuknya Kebun Teh Pagilaran


Kebun teh yang terletak di Desa Keteleng, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang ini, menurut sejarahnya kali pertama dibuka di Kecamatan Blado, kemudian meluas ke Reban dan Bawang seluas 2.032,70 hektare.


Saat ini, tercatat 10.315.000 hektare kebun teh yang dikelola PT Pagilaran. Seluas 611 hektare lainnya, diusahakan melalui pola Perkebunan Inti Rakyat (PIR) antara PT Pagilaran dengan sekitar 1.176 petani teh sekitar.


Kebun teh ini awalnya tidak sengaja dirancang untuk tempat argowisata. Menurut sejarahnya, kebun ini didirikan tahun 1880 oleh maskapai Belanda. Pada 1922, perkebunan ini dibeli Pemerintah Inggris dan digabung dengan PT Pemanukan and Tjiasem Land's PT (P&T Lans's). Karena Hak Guna Usaha P&T Land's habis pada 1964, Pemerintah Indonesia kemudian yang mengambil alih.


Perkebunan teh ini terletak di ketinggian 1.000-1.500 meter di atas permukaan air laut. Sehingga kabut sering datang, menutup sinar matahari. Suhu rata-rata pada siang hari di kawasan ini 21-25 derajat Celsius, dan turun 15-18 derajat Celsius pada malam hari. Dengan keadaan seperti itu pengunjung akan merasakan hawa sejuk dan segar saat berada disana. Selain itu, pemandangan alamnya pun menarik, Sehingga, Pagilaran dapat dijadikan objek pariwisata dan banyak diminati oleh para wisatawan.


Kini, agrowisata menjadi wacana luas di beberapa negara, seperti Thailand, hingga beberapa provinsi di Indonesia juga mengikutinya. Pagilaran pun tak mau ketinggalan untuk mengembangkannya, selain tetap mempertahankan produk utamanya sebagai pusat penghasil teh terbesar di Jawa Tengah.


Objek Pendukung
Selain wisata jalan-jalan di kebun teh, pengunjung juga bisa mengikuti berbagai paket wisata yang ditawarkan pengelola, misalnya wisata pendidikan, wisata ke pabrik melihat procesing tea, hiking, treking, dan lain sebagainnya. Pengelola juga menyediakan area wisata khusus berupa kunjungan ilmiah mengenai tanaman teh.


Selain itu pengunjung juga bisa mengunjungi objek pendukung lain, seperti Curug Binorong dan Curug Kembar, hamparan cengkeh di sepanjang lereng pegunungan, objek peninggalan sejarah seperti rumah peninggalan Belanda, kopel, kereta gantung, dan bak air Sijegang.


Rute Perjalanan
Untuk sampai ke Pagilaran banyak jalur yang bisa di tempuh. Bagi yang berada di Batang dan sekitarnya, jalur ke Pagilaran dapat ditempuh dengan kendaraan umum dari Batang, dengan rute Bandar - Blado - Pagilaran.


Dari Semarang dan sekitarnya, dapat ditempuh melalui dua jalur, yaitu jalur alas Roban melalui Banyuputih – Limpung – Reban – Blado – Pagilaran, dalam waktu sekitar 3 jam dan melalui Sukorejo, Kendal, hanya memerlukan waktu sekitar 2,5 jam. Jika, berangkat dari Yogyakarta, bisa melewati Temanggung dengan waktu tempuh sekitar 3,5 jam.


Beberapa keunggulan Kebun Teh Pagilaran ini. Pertama, pemandangan alam yang eksotik dengan hamparan kebun teh yang memesona di Pegunungan Dieng bagian utara.


Kedua, pengunjung bisa melihat langsung proses pembuatan teh, mulai dari pemetikan, pengolahan sampai pengepakan di pabrik. Artinya, objek ini bisa menjadi ajang pembelajaran bagi yang ingin melihat dari dekat proses industri teh, mulai dari hulu sampai hilir.


Ketiga, pengunjung juga dapat menikmati paket tea walk bersama teman-teman dari satu sekolah, sekaligus berolahraga santai sambil menghirup udara sejuk dan segar.


Keempat, terdapat beberapa objek pendukung seperti Curug Binorong dan Curug Kembar, dengan pemandangan sekitar yang indah dan alami, dan hamparan kebun teh dan kebun cengkeh di sepanjang lereng pegunungan. Ada juga objek peninggalan sejarah seperti rumah peninggalan Belanda, kopel, kereta gantung, dan bak air Sijegang.


Dengan keunggulan-keunggulan yang ada, diharapkan agrowisata kebun teh Pagilaran dapat Go national atau bahkan bias Go International. Itu semua harus dengan partisipasi aktif pemerintah, khususnya pemerintah Kabupaten Batang dan Propinsi Jawa Tengah.

Tidak ada komentar: