Senin, 04 Agustus 2008

DPR Sarang Koruptor

Dalam beberapa minggu ini, kita diperlihatkan oleh berbagai media mengenai kasus suap dan korupsi yang melanda aparat di negeri ini. Dari mulai kasus BLBI, Pembebasan lahan hutan lindung sampai proyek-proyek lainnya. Dari satu tersangka, setelah diusut dan diusut lagi, ternyata melibatkan orang-orang yang mengaku bahwa dirinya adalah wakil rakyat, yaitu anggota DPR RI.

Sejatinya anggota DPR RI adalah mewakili aspirasi rakyat, bukannya menghancurkan rakyat, menipu rakyat, menjerat uang rakyat. Apapun namanya, yang namanya korupsi dan suap adalah perilaku yang sangat keji. Menggelapkan ataupun menerima uang suap berarti telah menipu rakyat, membunuh rakyat secara perlahan-lahan. Dengan janji-janji manisnya ketika mencalonkan diri sebagai wakil rakyat, mereka bukan hanya mengingkari tetapi juga menyisihkan kepentingan rakyat.

Dari kasus BLBI (Badan Likuidasi Bank Indonesia), setelah tertangkapnya wanita tukang suap, Artalyta Suryani, berikut terungkap juga beberapa oknum jaksa yang menjadi pengikutnya, yaitu jaksa Urip. Beberapa waktu berikutnya juga terungkap para oknum-oknum yang ikut berskandal menerima jatah uang tersebut, yaitu 52 anggota Komisi IX DPR RI periode 1994-2004!

Ternyata jaman sekarang mencari pekerjaan yang layak dan menjanjikan tak harus menjadi pengusaha ataupun eksekutif. Menjadi konglomerat yang berpenghasilan tinggi setiap bulan, bisa terlaksana dengan menjadi anggota DPR. Tak salah jika banyak orang yang berani dan berantusias untuk mencalonkan diri menjadi wakil rakyat. Mereka tak takut mengeluarkan dana yang sangat banyak, dari ratusan juta bahkan sampai milyaran pun tak mengapa, asalkan bisa menjadi anggota DPR.

Sebenarnya gaji anggota DPR setiap bulannya tak seberapa dibandingkan menjadi pengusaha, (kira-kira 5 juta – 8 juta). Tetapi yang menggiurkan adalah gaji jika ada sidang ataupun ketika ada pembuatan Undang-Undang, uang pun bisa gelontoran diterima. Tetapi yang paling ditunggu-tunggu adalah pembagian uang oleh orang paling berdosa, seperti Artalyta Suryani, kaki tangan Syamsul Nur Salim (tersangka utama (dewa) kasus BLBI).

Dengan menerima uang ratusan juta rupiah per kepala, bisa menghidupi anggota keluarga sampai beberapa tahun tanpa pekerjaan sampingan lainnya.

Tampaknya semua anggota DPR per komisi sudah sepakat untuk menerima suap, itu terbukti dari banyaknya anggota DPR yang terjangkit kasus serupa.

Banyak juga anggota DPR dari fraksi yang berideolodi Islam yang terjangkit suap, misalnya Al Amin Nur Nasution (PPP) dan Yusuf Emir Faishal (PKB) serta yang belum terungkap lainnya. Sangat mengherankan sekali, anggota partai yang berasaskan nilai-nilai Islam, bisa juga menerima suap. Pengetahuan agama dan akhlak tidak mampu menguatkan mereka dari gelontoran kertas hijau yang sangat menggiurkan. Tugas mereka sebagai wakil rakyat bahkan tidak ada, mereka sangat tidak memihak rakyat kecil, mereka hanya memikirkan perut mereka sendiri.

Uang bermilyar-milyar telah berputar-putar di DPR RI, terjadi transaksi berapa besarnya uang yang diberikan untuk sebuah keputusan dan untuk menutup-nutupi kesalahan besar segelintir penjahat. Ironis memang, dasar negara Pancasila dan ajaran agama tak mampu menyelinap di hati para pembajak uang rakyat tersebut. Walaupun tidak semua anggota DPR terjangkit kasus suap dan korupsi, tetapi dengan beberapa wakil rakyat yang terlibat tetap saja kepercayaan rakyat pada mereka perlahan-lahan tidak ada.

Dari beberapa kasus korupsi yang telah melanda negeri ini, bukan tidak mungkin itu terjadi sampai pada pemerintahan terkecil seperti Kelurahan ataupun tingkat RT. Budaya suap menyuap dan korupsi tertanam dengan erat di hati para wakil rakyat. Sarang-sarang korupsi dan persuapan di negeri ini adalah tempatnya para wakil rakyat. Kalu sudah begini, rakyat mau percaya kepada siapa? Mereka yang dipilih oleh rakyat ternyata malah mencekik rakyat sendiri, membunuh perlahan-lahan tanpa ampun. Tapi siapa yang mampu mencegah godaan yang menggiurkan dari yang namanya uang?

Pemilu yang akan dilaksanakan tahun 2009 ini juga tak luput dari penilaian negatif masyarakat. Masyarakat yang merasa telah ditipu oleh wakil-wakil mereka, merasa tak perlu lagi memilih. GOLPUT mungkin satu-satunya jalan. Mungkin ini adalah jalan-satu-satunya, para wakil rakyat tidak ada yang bisa dipercaya.

Pemilu 2004 juga tidak menghasilkan perkembangan negeri ini, malah membuat negeri ini semakin hancur perlahan-lahan. Masyarakat berpikiran pemilu 2009 akan semakin menambah kehancuran negeri ini. Banyak partai yang ingin menjadi peserta, banyak diantara dari partai peserta adalah baru. Partai-partai tersebut entah untuk kepentingan rakyat atau kepentingan pribadi. Pengusaha-pengusaha seakan-akan begitu mudah mendirikan sebuah partai, tentunya dengan uang yang banyak.

Kebobrokan birokrasi negeri ini salah satunya berasal dari mereka yang duduk di birokrasi. Tak ada tanggung jawab membangun negeri ini, yang ada hanyalah tanggung jawab terhadap perut mereka. Yang penting enak, orang lain tidak dihiraukan.

Semoga ada beberapa manusia yang berhati mulia dan berjiwa Islam yang dapat membangu negeri ini ke arah yang lebih baik. Wallahu a’lam bish-showab.

(Tulisan ini bukanlah memprovokasi, tapi merupakan jeritan hati rakyat kecil yang tertindas oleh wakil-wakil rakyat mereka)

Tidak ada komentar: