Jumat, 01 Agustus 2008

Sekilas Negri

Penyunatan BLT

Ternyata, setelah diusut dan ditelaah, BLT memunculkan model premanisme berbaju pejabat. Lihat saja pengakuan beberapa masyarakat yang telah menerima dana BLT. Banyak dari mereka yang didatangi oleh pejabat kelurahan bahkan oleh Ketua RT. Kedatangan preman berbaju pejabat itu bukanlah untuk mengucapkan selamat atas BLT yang diterima, ataupun untuk memberikan bantuan lainnya, tetapi untuk meminta jatah BLT. Kenapa bisa disebut jatah? Itu dikarenakan dana BLT dilarang dipotong oleh siapapun, bahkan Presiden RI pun tidak berhak memotong, apalagi pejabat semacam Kepala Desa atau Ketua RT.

Berkedok untuk kepentingan desa dan administrasi penerimaan BLT terhadap kelurahan, mereka dengan tega dan hati licik menyunat (memotong) dana BLT yang telah diterima oleh masyarakat sebesar yang mereka mau. Ada yang mengaku diminta Rp. 25 ribu, bahkan ada yang sampai jahat meminta Rp. 100 ribu!

Memang tidak semua daerah terdapat setan gundul alias tuyul alias tukang ngibul berwujud manusia yang berbaju aparat desa atau pemerintah. Tetapi tetap saja, dua atau tiga kejadian sudah membuktikan bahwa ternyata orang yang mampu seperti mereka masih ngiri dengan masyarakat yang susah (miskin). Entah uang potongan itu sebenarnya untuk apa, kesejahteraan segelintir tikus atau memang benar-benar untuk kepentingan desa.

Kontan saja, banyak pihak yang menyalahkan kejadian tersebut, bahkan dibuat heran. Padahal BLT sejatinya adalah untuk membantu masyarakat yang miskin, yaitu untuk kesejahteraannya.

Perilaku dzolim tikus-tikus berkedok ini bukanlah dilakukan secara sembunyi-sembunyi, tetapi mereka beraksi secara terang-terangan. Bahkan banyak dari mereka yang sengaja menunggu pembagian BLT di kantor pos untuk langsung menyunat BLT yang telah diterima. Sungguh ironis sekali, budaya sunat dan kosupsi di bumi Indonesia ini semakin meluas. Apapun proyeknya, pasti banyak tikus-tikus mengendus siap untuk menjerat uang-uang rakyat.

Inikah tikus keluaran baru produk Indonesia? Setelah kasus korupsi terbaru menimpa DPR, sekarang kroco-kroco di pemerintahan terkecil seperti RT dan Kelurahan pun ikut terkena sindrom tersebut.

Berbagai ajaran agama, baik bersumber dari Al-Qur’an maupun Al-Hadits tak mampu melunakkan hati mereka, tak mampu membuka hati kotor mereka. Mungkin adzab dunia dari Allah SWT yang dapat menyadarkan mereka. Atau memusnahkan mereka agar budaya tersebut tidak lagi ada di muka bumi ini.

Tidak ada komentar: